Thanks for visiting! HaVe Fun N HaPpY Go LucKy!!! Don'T ForGet To Be OnE oF My FoLLoWerZ

Tuesday, August 17, 2010

Sajak: Ibu Kiranya Kau Tahu

Ibu Kiranya Kau Tahu

Ibu…
Akulah zigotmu…
Yang terhasil dari sperma dan tersenyawa
Akulah embriomu…
Yang menempel pada uterusmu yang suci
Akulah fotusmu…
Yang tak sabar menjengah bumi…
Dan akulah ibu…
Lambang jirim kasihmu yang abadi.

Tangisku ibu…
Kau reda dengan nasihat terpuji
Gelakku ibu…
Kau sambut denagn nilai- nilai murni
Nakalku ibu…
Kau sulam dengan akhlak muslimah sejati
Dengan hipotesis yang kau ciptakan ibu
Kau mengharapkan hidupku penuh variasi islami.

Tetapi ibu…
Dewasanya anakmu ini tanpa sezarah harga diri
Tanpa lagi atom- atom syahadah
Tanpan lagi molekul- molekul peribadi yang luhur
Tanpa lagi ion- ion keimanan.

Ibu…
Dengan alasan berdikari
Kujejakkan kaki ke bumi metropolitan
Hidupku tak ubah seperti gerakan Brown.
Bebas! Rawak! Tanpa hala tuju.
Yang ku impikan ibu…
Hanyalah sinaran pantulan- pantula neon yang bercahaya
Yang ku rindukan ibu…
Hanyalah kerlingan mata keranjang si buaya.
Aku bangga menjadi pilihan pria- pria kota
Hingga ku lupa hamparan sejadah
Hingga ku lupa pesanmu ibu.

Dahulu ibu… Mataku buta dengan lambaian masjid
Tetapi galak dengan lambaian disko
Telingaku pekak dari alunan dan laungan ayat- ayat suciNya
Tetapi peka dengan alunan muzik yang mengasyikkan
Hidungku hilang deria bau wangian Firdausi
Tetapi tajam dengan bauan alkohol yang memabukkan
Lidahku seakan kelu untuk melafazkan zikir dan munajat
Tetapi, petah mencaci dan memaki.

Tetapi kini ibu…
Kiranya kau tahu…
Kurasakan gentar menyelubungi siangku
Rantaian dosa- dosa silam menyelimuti malamku
Aku takut ibu…
Aku takut… dengan serulis Israfil
Aku takut… dengan sentakan Izrail
Aku takut dengan cemeti munkar dan Nankir
Aku takut!!!

Tetapi kini ibu…
Kiranya kau tahu…
Anakmu ini tidak lekang dari tempat sujudNya
Bibirku basah dengan kalimah suci
Mataku tersasar ke arah QiblatNya
Telingaku dirakum dari umpatan cela…
Meluruhkan dedaun dosa
Digantikan bebunga pahala.

Kiranya kau tahu ibu…
Betapa anakmu ini dipalit rasa sesal
Hingga ke akhirnya…

Sumber nukilan:
Majalah Sekolah SMK Seri Perak, Teluk Intan

Kiriman:

Dhia Erryna
http://penaintheparadise.blogspot.com

Sajak: Hanyut aku, kekasihku!

Hanyut aku, Kekasihku!
Hanyut aku!
Ulurkan tanganMu, tolong aku
Sunyinya sekelilingku!

Tiada suara kasihan,
Tiada angin mendingin hati,
Tiada air menolak ngelak,
Dahagakan kasihMu,
Hauskan bisikMu,
Mati aku disebabkan diamMu.

Langit menyerkap,
Air berlepas tangan, aku tenggelam.

Tenggelam dalam malam
Air di atas menindih keras
Bumi di bawah menolak ke atas
Mati aku, Kekasihku, mati aku!

Friday, August 13, 2010

Pantun Bulan Puasa Ramadan

Salam dihulur kasih diterima,
Agar ikatan terjalin mesra,
Syaaban berlalu Ramadhan menjelma,
Tingkatkan amalan hadkan selera…

Hubungan terikat sesama manusia,
Hati bertaut rasa dikongsi,
Nafsu disekat elakkan dosa,
Hati disuci pelbagai dimensi…

Bukan mudah menahan diri,
Bukan sukar mengawal situasi,
Tekadkan nurani tegarkan diri,
Ingatlah Yg Maha Melihat sentiasa di sisi…

Selera dijamah sebelum Subuh,
Azan Maghrib tanda berbuka,
Sebulan cuma Ramadhan berlabuh,
Mohon berkat selagi mata terbuka…

Siang bertahan menghitung waktu,
Terawih tak lupa di malam hari,
Mahmudahkan diri setiap waktu,
Walau Ramadhan kan pergi esok hari…

Nukilan:

No-rulesz Has’z

Selamat Berpuasa (To all Muslim)

Hey, all.. Diana di sini nak ucapkan SeLamaT BerPuasa kay you all semua... Tahun ni, Diana rasa happy sangat nak puasa.. Tak tau kenapa.. Cuma, entahlah... Diana harap you all puasa penuh... Siapa puasa penuh, Diana akan bagi hadiah.. Tell me, ok.. (Actually, tak kan bagi punya.. Jangan harap la..)

Sajak: Hanyut aku, kekasihku!

Hanyut aku, Kekasihku!
Hanyut aku!
Ulurkan tanganMu, tolong aku
Sunyinya sekelilingku!

Tiada suara kasihan,
Tiada angin mendingin hati,
Tiada air menolak ngelak,
Dahagakan kasihMu,
Hauskan bisikMu,
Mati aku disebabkan diamMu.

Langit menyerkap,
Air berlepas tangan, aku tenggelam.

Tenggelam dalam malam
Air di atas menindih keras
Bumi di bawah menolak ke atas
Mati aku, Kekasihku, mati aku!

Sajak : Liku-Liku Perjalanan

Liku – liku perjalanan

Ku tersasar dalam hidupku,
Tanpa arah dan tujuan,
Menitis air mataku di setiap perjalanan,
Mengesat peluh yang tidak kesampaian

Mana dusta yang kau cercakan?
Mana ilmu yang kau berikan?
Mana kata – kata nasihat yang engkau sampaikan?
Semuanya lebur dalam dakapan dan pelukan.

Tapi itu semuanya dahulu,
Ketikaku tidak memahami erti kehidupan,
Ketikaku tidak mengerti erti perjuangan,
Ketikaku tidak mengenal erti persahabatan.

Namun ada kalanya aku kecewa,
Memilih liku – liku hidup di persimpangan,
Mengenal kawan yang akhirnya menjadi lawan,
Mengetahui kebaikan dalam kejahatan.

Akhirnya aku mengerti,
Setiap perjalanan pasti ada ujian dan cabaran,
Setiap pertemuan pasti ada perpisahan,
Akan ku tempuhi hidup ini demi pengalaman,
Akan ku semat iman demiMu Tuhan,
Agar aku menjadi sebaik insan.

Nukilan:

crapsist
crapsist@yahoo.com

Biografi Amir Hamzah

Tengku Amir Hamzah merupakan sastrawan yang dijuluki Raja Penyair Pujangga Baru. Amir Hamzah yang juga bergelar Gelar Pangeran Indra Pura, dilahirkan 28 Februari 1911 di Sumatera Timur, keturunan bangsawan Langkat Tengku Pangeran Muhammad Ali dan Tengku Mahjiwa.

Amir Hamzah

Tengku Amir Hamzah kecil, menghabiskan pendidikan HIS dan belajar mengaji di belakang Masjid Azizi Langkat. Kemudian melanjutkan pendidikan MULO di Medan dan Batavia. Semenjak sekolah AMS jurusan Sastra Timur di Solo, kepenyairannya semakin terbentuk. Di kota solo, Amir Hamzah aktif dalam pergerakan kebangsaan menuju Indonesia Merdeka dan terpilih menjadi Ketua Indonesia Muda cabang Solo pada Kongres Indonesia Muda pertama.

Selanjutnya Tengku Amir Hamzah pindah ke Batavia belajar ilmu hukum di Recht Hoge School sampai tingkat kandidat. Bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Sanusi Pane, Amir Hamzah mendirikan majalah Pujangga Baru dan mengelolanya, hingga pecah perang dunia kedua.

Keaktifan Amir Hamzah dalam berorganisasi dan kedekatannya dengan kaum pergerakan, membuat Belanda pada waktu itu menjadi gusar. Belanda menyurati keluarganya di Langkat, kemudian oleh pembesar Langkat menjemput Amir Hamzah pulang. Di Langkat beliau dinikahkan dengan seorang putri bangsawan istana, bernama Tengku Kamaliah, kemudian dinobatkan bergelar Pangeran. Dari pernikahannya, Tengku Amir Hamzah memperoleh seorang anak yang diberi nama Tengku Tahura Alautiah.

Pada 29 Oktober 1945 Tengku Amir Hamzah diangkat menjadi Wakil Pemerintah RI untuk Langkat yang berkedudukan di Binjai. Belum setahun menjabat, Amir Hamzah ditangkap oleh kelompok front rakyat ketika sedang bergejolak revolusi sosial di Sumatera Timur.

Amir Hamzah dibawa ke Kwala Begumit untuk menghadapi pengadilan kilat ala hukum rimba (hukum pancung) pada 20 Maret 1946. Amir Hamzah pergi menghadap sang Khalik dalam usia 35 tahun. Jenazahnya ditemukan di sebuah pemakaman massal yang dangkal di Kwala Begumit, lalu dimakamkan secara layak di kompleks pemakaman Masjid Azizi Tanjung Pura.

Pepatah mengatakan, harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading. Peristiwa tragis yang dialami Amir Hamzah tidak meninggalkan aib baginya. Atas usulan masyarakat, karena telah mengembangkan kebudayaan, khususnya kesusastraan, Amir Hamzah akhirnya ditabalkan menjadi Pahlawan Nasional sejak 10 November 1975 berdasarkan SK Presiden No.106/TK Tahun 1975. Selain itu, namanya juga dipakai sebagai nama gedung pusat kebudayaan Indonesia di kedutaan besar RI di Kuala Lumpur Malaysia.

Selama hidupnya, Amir Hamzah telah menghasilkan sekitar 160 karya berupa 50 sajak asli, 77 sajak terjemahan, 18 prosa liris asli, 1 prosa liris terjemahan, 13 prosa asli, dan 1 prosa terjemahan. Karya-karyanya yang terkenal terkumpul dalam antologi Buah Rindu (1941) dan Nyanyi Sunyi (1937). Selain itu, ia menerbitkan pula sekumpulan sajak terjemahan dari negara tetangga seperti Jepang, India, Arab, Persia, dan lain-lain dalam antologi Setanggi Timur (1939) dan terjemahan Bhagawat Gita yang dipetik dari Mahabarata berisi dialog antara Kresyna dan Arjuna.

~ analisadaily.com

Sajak Insyaf – Amir Hamzah

Insyaf

Segala kupinta tiada kauberi
Segala kutanya tiada kau sahuti
Butalah aku terdiri sendiri
Penuntun tiada memimpin jari

Maju mundur tiada berdaya
Sempit bumi dunia maya
Runtuh ripuk astana cuaca
Kureka gembira di lapangan dad

Buta tuli bisu kelu
Tertahan aku dimuka dewala
Tertegun aku di jalan buntu
Tertebas putus sutera sempana

Besar benar salah arahku
Hampir tertahan tumpah berkahmu
Hampir tertutup pintu restu
Gapura rahasia jalan bertemu

Insyaf diriku dera durhaka
Gugur tersungkur merenang mata:
Samar terdengar suwara suwarni
Sapur melipur merindu temu

~ Amir Hamzah

Friday, August 6, 2010

New Descriptions Header..

Ok.. Diana tahu you all tak ambil tahu pun tentang Header's Descriptions Diana.. FYI Diana dah change da description.. Dulu>> HaVE Fun N Be My FoLLowerZ.. Wow, Baru Diana sedar betapa ketinggalan zamannya description yang macam tu.. So, I changed it.. Tengok la.. You all akan nampak>> My LiFE i$ My WORLD, $o $t3p OuT!!
Ok.. Maybe you all akan cakap "Wow.. Kasarnya bahasa".. But, for me, is not... Maksud description tu actually my life is my world, so jangan nak mengarah Diana untuk buat perkara yang Diana tak nak dan jangan ganggu kehidupan DIANA.. Serious ni.. Itu la maksudnya.. And 'My LiFE i$ My WORLD, $o $t3p OuT!!' is my motto.. Yup...

Sajak Si Karang Yang Hiba

Kaku lenggok gemalai si karang
tersadai di permatang pasir pantai
sedih memandang senyum si rumpai
segar menari tarian dunia laut
diusik anak-anak ikan ceria
di balik batu si kerang giat mengintip
ghairah memandang keriangan di dasar

Itulah yang bermain di fikiran
bagaimana harus ia kembali
mengecapi saat-saat gemilang

Kemilau mentari
menerjah ke mata si karang yang hiba
sebentar lagi diam duduk si karang berpindah
ke rumah besar tentunya di sana
di persada hiasan
dipamerkan bakal diberi pujian

Si karang tambah hebat merintih kesedihan
tika ucapan selamat tinggal rakan-rakan sepermainan…

~Ophan Bunjo
Lahad Datu 2010

Puisi Tragedi Sesaat Cinta – Kamal Sujak

Masa silam adalah rimba kesakitan
hingga dikau tidak mampu berdiri
di laman kendiri merenung indah bulan
memancarkan jernih kekesalan
di wajahmu yang rawan.

Yang terjadi adalah tragedi
sesaat cinta yang mengubah rasa
pahit sendirian menelan segala
dia pergi entah ke mana.

Engkau bukan mereka
tega membunuh benih cinta sendiri
untuk malu yang tiada ertinya lagi
nyawa si kecil itu bukan di tanganmu
pasti ada jalan untuk segalanya ini.

Saban hari kita melihat
bayi-bayi itu mati di tangan ibunya sendiri
sedang jika benar ia bermula dengan cinta
pasti ada hikmah untuk setiap peristiwa.

Usah ditambah dosa yang ada
kembalilah berdiri menghargai diri
lelaki durjana tetap ada walau ke mana
dirimu pergi, kekuatan diri dan agama
adalah perisainya
mereka tidak boleh melukaimu lagi.

Nukilan:
Kamal Sujak
Sg Kapar Indah, Klang

Snow Link Welcome

Saving CB